Senin, 20 Juli 2015

Mudik Lebaran di Cisewu dan Pantai Rancabuaya Garut 1436 H, 2015 M

Setelah selesai sholat sunat iedul fithri di Bandung, kemudian kami sekeluarga bersilaturahmi dengan tetangga terdekat di sekitar rumah kami dan setelah itu kami berangkat mudik ke desa Cisewu kabupaten Garut, peristiwa ini memang sudah berjalan berulang setiap tahun sebelumnya bahka tahun ini adalah tahun pertama saya dan keluarga bersama melaksanakan sholat sunat di Bandung karena biasanya mudik dilakukan sebelum lebaran jadi pelaksanaan sholat ied dilakukan di kampung.

Sepanjang perjalanan seperti biasa harus melalui jalan yang sudah penuh dengan pemudik lainnya yang searah daerah buah batu, bojong soang, baleendah, banjaran sudah menjadi langganan kemacetan, selanjutnya ke daerah pangalengan, situ cileunca, perkebunan cukul, genteng, talegong, jalannya sudah sangat baik, mulus, aspal baru dan sisi kiri, ditengah dan sisi kanan sudah di cat putih marka jalan, lebar jalannya sekitar 6 s/d 10 m cukup leluasa, menurut cerita orang jalan ini sudah menjadi jalan propinsi, mungkin maksudnya sudah menjad tanggung jawab propinsi dalam pengelolaannya sehingga jalan ini menjadi sangat mulus termasuk dinding-dinding tebing di sebelah kiri dan dinding tebing di bawah jalan di samping kanan sudah di pasang betu benteng atau tembok tang terlihat kokoh sehingga perjalanan menjadi terasa lebih aman padahal dahulu ketika aku masih sekolah di bandung jalan ini masih dalam bentik bebatuan tajam atau bulat-bulat licin, jembatannya terbuat dari kayu atau pohon eren yang cuma dibelah dan asal dipaku sedikit ditambah longsor besar kecil sepanjang jalan tidak aman dan tidak nyaman.

Kenyamanan saat ini ditambah pepohonan yang mulai tumbuh dipinggir jalan, pertanian dan perkebunan penduduk sepanjang jalan dilengkapi air terjun, kali  dan pancuran yang airnya mengalir dipinggir jalan sangat menyejukkan, sangat segar, beberapa warung dan jongko-jongko masayarakat yang berjualan sirop, goreng-gorengan dan makanan kecil lainnya melengkapi perjalananku, kami mencoba berhenti di salah satu warung di area perkebunan, warung itu santai rimbun dengan pepohonan, disekelilingnya dilingkari perkebunan teh yang menghijau sampai seujung pandangan sebagian di lingkari pegunungan yang masih berselimut embun pagi.

Aku mencoba pesan secangkir kopi htam anak-anakku memilih makanan masing-masing mereka berkeliaran dan duduk sembarangan ada yang di bangku bambu yang sudah reyot, ada yang dududk di batu besar di sisi kebu teh ada yang dududk di rumput hijau dan ada juga yang lebih suka berdiri sambil memandanga ke segala arah, segar sekali, dbantu tiupan angin yang sangat lembut mengusap rambut, lembut sekali, sejuk sekali, 2 menit kemudian air kopi yang sangat panas itu menjadi dingin, aku meneguknya sedikit..."srrruuuppp...wahhh...segar sekali."

Kami semua benar-benar menikmati alam itu, akhirnya aku berjalan lagi melanjutkan perjalanan menuju kampung Cisewu tujuanku, semakin dekat kerumah orang tua ku, jalan semakin mulus didepan dan dibelakangku semakin banyak memanjang kendaraan orang lain jang sama-sama-bertujuan mudik, semakin banyak cerita berangkai dibenakku tidak putus-putusnya tumbuh karangan-karangan baru, imajinasi baru, inspirasi baru tentang keindahan, tentang kesuksesan, tentang kenikmatan, tentang sang pencipta, tentang sujud - syukur, tentang bisnis, tentang kebersamaan dan tentang segala nostalgia masa lalu sepanjang jalan itu.

Hanya setengah jam setelah itu sampailah di rumah keluargaku, mereka menyambut kami didepan rumah semuanya berdiri dan tersenyum riang menampakkan kerinduan yang sudah lama terpendam mereka berhamburan masing-masing takut keduluan oleh yang lainnya, aku bersimpuh dihadapan ayah-mertuaku, dan seterusnya ke saudaraku yang lainnya, ada kesedihan, ada kebanggaan, ada keharuan ada keikhlasan, ada pengakuan dosa di hatiku, dihati masing-masing, saling memaafkan, saling berpelukan, begitu hangat begitu lembut dan dengan itulah kita semua menjadi bersih kembali seperti semula. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar